Siang (11.00 WIB), tidak seperti biasanya, saya pergi ke vihara TianBao untuk kebaktian siang. Setelah selesai kebaktian siang, aku duduk dan ngobrol dengan Ibu Pandita Qiu Mian Ci. Selama lebih kurang 30 menit ngobrol dengan beliau, saya mendapatkan banyak inspirasi. Selama ini saya selalu berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada, tidak nyata, tidak riil. Tapi setelah ngobrol2 dengan beliau, tiba2 saya merasakan adanya satu kekosongan di dalam jiwaku. Ternyata aku telah melangkah terlalu jauh dan terlalu memaksakan diriku untuk percaya bahwa Tuhan itu tidak ada. Aku telah menjadi terlalu ekstrim utk mengatakan sesuatu itu tidak ada. Bukankah dalam "Dao De Jing" telah menjelaskan dengan jelas sekali, "Dao" bukan ada juga bukan tiada. So jangan engkau mencarinya dalam konteks pikiran, karena dia bukan ada juga bukan tiada. Seketika aku sadar bahwa selama ini aku terlalu ekstrim, terlalu sombong. Siapa sich sebenarnya diriku sehingga aku menjadi begitu sombong utk mengakui keberadaan Sang Pencipta? Ternyata selama ini aku terlalu berkutat dengan pikiranku, sehingga aku bukannya mencapai satu kebebesan dan keleluasan dengan menganggap semuanya "kosong" dan palsu, tapi sebaliknya aku malah terikat dalam "kekosongan" ku selama ini. Akhirnya kusadari pada hakekatnya "Dao" itu bukan sesuatu yang bisa kita telaahi dengan konsep pikiran, melainkan dengan merasakannya.

Tiba-tiba kusadari bahwa bumi ini hanya bagaikan sebutir debu di dalam alam semesta ini, sementara aku hanyalah sebutir debu di dalam debu tersebut. Ach.. betapa kecilnya diriku. Aku telah menjadi terlalu sombong sehingga aku tidak bisa lagi merasakan arti "kosong" yang sesungguhnya, tapi sebaliknya aku malah menjadi terikat di dalam "kekosongan". Harusnya aku belajar lebih menghargai dan mensyukuri hidup ini sehingga aku bisa lebih merasakan apa itu sesuatu yang sejati, sesuatu yang bukan ada juga bukan tiada. Ha ha ha…

Malam (21.00 WIB) Aku di-telp oleh seorang teman yang menjalankan MLM utk ketemu dan ngobrol2. Selama lebih kurang 45 menit ngobrol2, kembali aku mempelajari banyak hal dari dirinya. Antusiasme, sikap mental positif, impian, kerja keras, semua dimiliki oleh anak muda ini. Aku pikir aku perlu mulai men-set ulang goal ku dan memulai hidup yang lebih baik. Mungkin aku perlu lebih banyak bergaul dengan orang-orang seperti ini utk tetap menjaga semangat dan motivasi di dalam diriku. Benar kata Sean Covey dalam buku "The 7 Habits of Highly Effective Teens" bahwa terkadang utk membantu kita berkomitmen melakukan sesuatu, kita perlu mengikatkan diri kita dengan teman2 dan lingkungan yang positif. Jika kita berada di lingkungan yang penuh dengan optimism, penuh sikap positif, penuh impian, maka sedikit banyak kita akan tertular. Atau mungkin terkadang kita akan merasa malu pada diri sendiri kenapa orang lain bisa, sementara diri kita sendiri tak bisa.

Malam (23.30WIB) seperti biasa aku akan melakukan semedhi sebelum tidur. Aku merenung banyak hal yang terjadi di dalam kehidupanku selama beberapa tahun terakhir ini. Selama ini aku terlalu berkutat dengan ilmu strategi perang china kuno. Mungkin dalam hal strategi marketing dan sikap mental positif, aku sudah cukup. Tapi apa sich kekurangan di dalam diriku? Paradigma. Yach… benar... paradigma-ku masih tidak benar. Tiba2 kusadari bahwa aku masih punya paradigma yang salah. Sama seperti yang dikatakan oleh Stephen R. Covey dalam buku "the 7 Habits of Highly Effective People", ternyata aku terlalu berkutat dengan pandangan diriku sendiri dan tak mau mengganti paradigma-ku. Selama ini aku diibaratkan seorang supir yang lihai, yang sangat pintar mengemudi, tapi aku menggunakan peta yang salah dalam hidupku. Aku bagaikan ingin pergi ke Bandung, tapi aku menggunakan peta menuju Bogor. Seberapa lihai pun aku dalam mengemudi maka aku tetap tidak akan pernah sampai ke Bandung, tapi sebaliknya aku akan tetap tersesat. So aku pikir aku perlu mengubah paradigma-ku. Tiba-tiba aku berpikir mungkin aku harus menjadi lebih fleksible, mungkin aku bisa belajar utk menggabungkan prinsip ilmu strategi perang yang penuh dengan tipu muslihat dan cinta kasih di dalam diriku. Yach… saya pikir saya harus fleksible, di satu sisi saya harus lebih pandai mengaplikasikan strategi perangku yang penuh tipu muslihat, tapi di satu sisi aku tetap harus punya cinta kasih dan ketulusan. Jika dua komponen yang saling bertolak belakang ini bisa bergabung, mungkin aku akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal lagi dalam hidupku.

Selamat berjuang! Jia you…