Jum'at malam (13 November) kemarin aku berangkat ke Sintang untuk membantu mempersiapkan ritual pernikahan seorang umat di sana. Tak terasa sudah 7 bulan aku meninggalkan Sintang. Itu adalah perjalanan pertamaku ke Sintang dalam 7 bulan ini. Perjalanan yang panjang di tambah hujan sepanjang malam membuatku terkenang kembali akan hari-hari pertamaku di Sintang.

Sabtu pagi (14 November) aku sampai di Sintang sekitar pukul 06.30. Ada satu rasa haru yang memasuki diriku. Tak ada yang special hari itu. Aku hanya menghabiskan waktuku untuk mempersiapkan segala ritual, sound system, dll. Malam itu aku punya jadwal ceramah, tapi akhirnya batal karena mati lampu. Jam 8.30 ada yang Qiu Dao dan aku di minta untuk memimpin segala ritual QingTan, dll. Rada sedikit tegang juga karena selama 7 bulanan di Pontianak aku tak pernah belajar lagi, tapi untung semuanya bisa berjalan lancar.

Minggu (15 November) pagi-pagi kami semua sibuk dengan segala acara pernikahan hingga siang hari. Siang setelah makan siang, ada lagi dua umat baru yang memohon KeTuhanan.

Sore hari ini aku pergi ziarah ke kuburan HuiShan. Tak terasa hampir 2 tahun kami telah berpisah. Teringat banyak sekali kenangan indah yang kami lalui bersama, makan bersama, ke vihara bersama, menagih arisan bersama, jaga toko bersama, mengantar jemput dia pulang rumah, jalan-jalan yang sering kami lewati bersama, semuanya kini sudah tidak mungkin untuk bisa kembali lagi, namun rasa rinduku kepadanya masih tetap belum berubah. Senyumnya, suaranya, semuanya masih terukir jelas dalam hatiku. Tanpa sadar aku mengalirkan air mata dan menangis. Banyak sekali harapan dan cita-cita kami bersama yang belum aku wujudkan. Aku merasa malu sekali pada diriku sendiri karena telah menjadi sangat down dan tak bersemangat dalam hidupku selama hampir dua tahun ini. Aku berjanji padanya aku pasti akan bangkit dan berjuang lebih keras lagi untuk mewujudkan segala cita-cita kami berdua yang tertunda. Walaupun kami tidak punya kesempatan untuk bersama, namun kenangan bersamanya adalah kenangan terindah yang tak kan terlupakan selama hidupku. Huishan, I will always love you…… love you forever.

Selain itu aku juga menyempatkan diriku untuk mengunjungi kuburan Pdt. Md. Lai Li Zhu dan Tn. Lim Kwet Fa. Semuanya berlalu cepat sekali. Lai Li Zhu Tanzhu adalah pengurus di Vihara sintang yang telah memberikan banyak sekali kontribusi bagi Vihara Maitreya Agung Sintang. Tn. Lim Kwet Fa adalah paman (Ji Chong – suami bibi) Huishan yang meninggal 2 minggu sebelum Huishan meninggal. Beliau adalah salah satu orang terbaik yang ku kenal selama aku berada di Sintang. Teringat dulu aku sering mampir ke bengkelnya dan sharing banyak hal. Canda tawanya masih terngiang jelas di telingaku. Kata "gongxi – gongxi" yang sering diucapkan olehnya untuk hubunganku dengan Huishan juga masih terdengar sangat jelas sekali. Tapi kini semuanya telah berlalu.

Hidup ini sungguh singkat sekali. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita keesokan harinya. Berikanlah selalu yang terbaik yang bisa kita berikan pada orang-orang yang kita cintai, pada semua orang yang kita kenal. Karena begitu mereka telah pergi, selamanya tidak akan pernah bisa kembali lagi. Aku pikir, kalau kita mencintai seseorang saat ini, ungkapkanlah sebelum terlambat biar kita tidak menyesal seumur hidup kita. Jangan pernah menunda untuk melakukan kebaikan, jangan pernah menunda untuk memeluk orang-orang yang kita kasihi, jangan pernah menunda untuk mengucapkan kata cinta pada mereka semua. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, karena begitu mereka telah pergi, maka selamanya tidak akan pernah kembali. Hargailah hari ini, nikmatilah hidup hari ini, berjuanglah untuk hari esok, bekerja dan berkaryalah seolah kamu akan hidup selamanya sehingga engkau akan meninggalkan sebuah warisan abadi pada semua orang, jadikanlah hari kemarin yang telah berlalu sebagai pelajaran untuk hidup yang lebih baik.

Jia you…

I love you all…